DISQUS SHORTNAME

.

Tuesday, March 15, 2016

Mari Dukung ”Gerakan Mari Belanja di Warung Tetangga”

TW News - Berbelanja kebutuhan harian, mingguan atau bulanan keluarga, biasanya kita lakukan di hari libur. Tetapi, bijakkah kita bila membeli jauh-jauh ke pusat belanja “modern”? Coba tengok kebiasaan kita ini. Belanja di swalayan ****Mart atau ****Mart, semua barang memang terpampang. Tapi, hampir tak ada interaksi kemanusiaan. Apalagi pertemanan dan persaudaraan. Bertahun-tahun kita menjadi pelanggan, yang bahkan dibuktikan
dengan “kartu pelanggan”, tapi sungguh penjualnya tetap tidak kita kenal. Bahkan pelayanpun kita tak tahu siapa, apa dan bagaimana kehidupan mereka. Komunikasi hanya dengan “pelayan”, ingat bukan “penjual”. Dan hanya seputar transaksi saja. Itupun sekarang diwakili dengan tulisan.

Sementara ketika kita membeli di warung tetangga, selain dekat, juga ada interaksi sosial kemasyarakatan yang akrab. Ada “obrolan”, bukan sekedar transaksi barang yang menghilangkan nilai sosial kemanusiaan kita. Kita jadi tahu, kenal dan dekat dapat silaturahmi dengan masyarakat dan lingkungan. Komunikasi beginilah yang manusiawi. Yang menghubungkan antar orang, komunitas dan masyarakat. Bukan sekedar barang, angka penjualan dan plastik kemasan.

Membeli di warung tetangga akan menumbuhkan kekuatan ekonomi keluarga itu. Kita jadi berperan bagi tegaknya ekonomi dan ketahanan sebuah keluarga. Suami, istri dan anak-anaknya. Dan mereka, berperan sebagai penjual. Berwirausaha. Bukan sekedar menjadi pelayan alias babu dari para pemilik modal kapitalis liberal yang berdalih seragam karyawan. Bayangkan, sampai umur berapa toko-toko modern mau mempekerjakan para pelayan ini? Cuma saat usia muda. Sedang dengan menjadi “penjual” sebenarnya mereka akan “terhidupi” bahkan sampai anak-anak mereka dewasa.

Belum lagi soal efektifitas budget kita. Bayangkan, saya pernah uji coba, membawa uang 100 ribu dan pergi ke toko swalayan modern. Ternyata kurang! Dan lihat belanjaannya. Saya banyak membeli barang yang tak perlu. Karena godaan iklan dan penataan, saya melakukan pemborosan!

Sedang ketika saya ke warung tetangga, uang 100 ribu masih sisa. Barangnya pun sangat fungsional, benar-benar kebutuhan pokok. Dan saya mendapatkan bonus ungkapan penjual yang membahagiakan, “Alhamdulillah syukur ya, pagi-pagi sudah ada yang belanja 75 ribu. Makasih ya bu,” sambil tersenyum tulus. Sungguh itu bonus yang lebih mahal daripada sekedar “obral dan diskon ngakali” yang penuh strategi bisnis.

Jadi berpikirlah sebelum berbelanja! Shopping lah di warung tetangga atau pasar tradisional. Nikmatilah sisi kemanusiaan anda. Disitulah “rekreasi sebenarnya”. Jangan buang waktu anda di swalayan dan supermall modern hanya untuk membeli kebutuhan pokok rumah tangga anda. Warung tetangga jauh lebih murah, manusiawi, menumbuhkan ekonomi, memberdayakan masyarakat, dan ada nilai silaturahmi antar tetangga.
Mau umur panjang dan banyak rejeki? Mari biasakan berbelanja di warung tetangga baik kita.

Sekali lagi “Ayo Selamatkan Warung/Toko dan Pasar Tradisional di sekeliling kita”!

Tuesday, March 1, 2016

Ivee Guitars : Gitar Resonator Buatan Pemuda Minang ini Tersohor sampai ke Eropa


Apa yang akan kamu lakukan pertama kali jika melihat Gitar ini di hadapanmu? kamu pelototin, pegang-pegang, atau langsung kamu petik gitarnya?. Akan tetapi yang jelas, kalau Kamu mengaku sebagai penggemar rock n’ roll atau blues, maka yang Kamu lakukan pertama kalinya pasti akan memegang gitarnya, memperhatikan elemennya, lalu mengamati ukiran-ukirannya, bahkan dalam beberapa menit kamu bisa saja tergoda untuk memainkannya.

Yap, ini Gitar buatan anak bangsa yang di buat oleh Ivan Mulia. Pria berambut gondrong asal Bukittinggi yang kini tinggal di Cimahi, Bandung ini mencintai musik lebih dari sekadar penikmat, akan tetapi ia telah bermetamorfosa menjadi sebuah kreativitas. Dari hasil karyanya tersebut, ia menunjukkan bahwa karya anak negeri bisa membuat karya yang bisa diminati masyarakat dunia.

Sumber foto: directory.idkreatif.net

Singkat Cerita, berawal dari pengalamannya di bidang musik, khususnya pada alat gitar, serta pemahamannya pada konstruksi material logam, lalu dimulailah kreasinya dengan terlebih dahulu melakukan riset seputar gitar reso. Mula-mula dipelajarinya karakter dan konstruksi detail organologi gitar. Sebagai eksperimen, ia korbankan satu gitar elektriknya untuk dieksplorasi sekaligus mencari tahu perangkat material apa saja yang diperlukan dalam penciptaan gitar.

Setelah kurang lebih 2 tahunan melakukan riset serta check and recheck, maka tahun 2009-an, ia membuat gitar resonator melalui sentuhan karakteristik yang unik dan sangat berbeda dengan jenis gitar yang sama pada produk luar negeri. Pengerjaan pertama dirancangnya desain plat gitar. Lalu diakurasikan dengan logam dan aluminium yang akan ditempa. Kemudian logam dilas sampai dengan diberi ukiran hingga terciptalah bentuk bodi gitar yang diinginkan.

Nah, terkecuali untuk neck (gagang) gitar yang tetap dibuat dari kayu, untuk keseluruhan bodi gitarnya dibuat dari campuran logam dan aluminium. Inilah yang membedakan gitar Ivan dengan gitar reso Amerika yang berbodi kayu. Perbedaan lainnya, Ivan mempercantik desain bodi gitarnya dengan ukiran motif batik untuk mempertegas hasil karya seniman Indonesia.

Tidak henti berinovasi, seiring berjalannya waktu lalu Ivan menemukan ciri khas lain dalam modifikasi gitar bluesnya. Ini dilakukan untuk memperkuat identitas material gitar buatannya. Hasil karyanya terinspirasi dari material alat musik gamelan dan dalam modifikasi gitar terbarunya, Ivan menambahkan logam kuningan di lapisan bodi gitarnya. Kuningan sendiri hanya ada di alam Indonesia, sehingga ia memadukan kuningan dengan alumunium yang mampu menghasilkan instrumen yang jernih.

Sumber foto: Dok. iVee Guitars (fanpage iVee Guitars)

Dari hasil karya Gitar dengan ciri khas nusantara ini membuat Ivan Mulia menjadi salah satu anak Indonesia Kreatif untuk ajang Mahakarya Indonesia yang di adakan oleh salah satu produk rokok pada tahun 2011 silam. Karyanya dinilai telah turut mengangkat nama Indonesia melalui motif ukiran pada gitar buatan tangannya itu.

Kabarnya, gitar buatan Ivan sudah dimiliki sejumlah musisi, tidak hanya musisi Indonesia loh, bahkan luar negeri. Sedikitnya ada belasan pesanan di setiap bulannya mengantre untuk mendapatkan gitar buatan Ivan. Kebanyakan yang memesan dari kalangan musisi blues, delta player dan kolektor.

Gitar logam kreasi Ivan memang diluar kebiasaan yang dipakai untuk bahan konstruksi gitar pada umumnya. Yang membuat karya-karya buatannya itu menjadi berkualitas tentunya karena ia mampu menangkap peluang yang ada serta mampu melalui proses dengan kerja keras.


Sumber : http://makeindonesia.com/ivee-guitars-gitar-blues-buatan-anak-bangsa-dengan-ciri-khas-nusantara/
archive